Jumat, 19 Desember 2014

Cerita Sepatu

Kulihat, sepatu lusuhku yang tadi pagi tersenyum lebar kini mulai benar-benar tertawa hingga terlepas antara penutup dan alas. Ah, konotasi kiasan itu hanya hiburan saja bagiku, sesungguhnya sepatu ini sepertinya tak pernah tersenyum, justru mungkin ia sudah merengek ingin segera pensiun dari  pekerjaan menjaga kakiku dari pagi sampai malam setiap harinya. Tapi apa daya, aku terpaksa mempekerjakanmu bagai pekerja rodi yang tak pernah berhenti. Bukannya aku tak mau mempesiunkanmu wahai sepatuku, tapi sungguh kau teramat aku sayang walau sebenarnya alasan utamaku adalah karena aku belum bisa membeli penggantimu. J
Andai kau tahu sepatu, bukan hanya kau yang lelah dengan segala kegiatanku. Kakiku pun sering dibuat lelah karena mengunakanmu yang sudah usang dengan sisa alas yang begitu tipis. Tapi karenamu aku tahu kau lebih menderita dan karenamu meski kaki ini lelah bahkan lecet tapi ia selalu terlindungi.
Hari ini, kau buatku sadar lagi akan satu hal bahwa aku harus memperhatikan dirimu. Yah, aku tahu kalau kau sudah sangat sakit dan butuh perbaikan, tapi aku hanya membiarkan dan menambal semampuku. Hari ini kau memang membuatku malu didepan layak ramai. Bisa saja saat ini aku marah dan memaki pada nasib, tapi kondisi tubuhku tidak kuat untuk berpikir marah, lebih baik diam dan terus berjalan meski diselimuti rasa malu. Aku bersyukur rasa lelah ini datang menjadi pereda amarahku. Aku terus melangkah –atau lebih  tepatnya menggusur kaki- sampai ku tersadar bahwa ada dokter yang akan memperbaikimu datang dengan pertolongan --tukang sol sepatu disebrang jalan maksudnya :D--.
Dalam lamunanku, aku bersyukur Allah memberikan nikmat sakit sehingga banyak hal yang aku malas lakukan karena lemahnya tubuhku. Malas untuk marah, untuk berdebat, dan mengeluh karena aku tahu itu akan membuat tubuhku semakin lelah. Biarlah aku jalani scenario Allah yang ternyata indah dijalani.
Dan tarrraaaa…… sepuluh menit aku melihat proses pembedahan dan penjaitanmu, aku bisa rasakan pengorbananmu yang selalu setia menemaniku. Kini sepatuku, kau sudah lebih baik. Entah ini kabar baik untukmu atau tidak. Aku dengan terpaksa akan menunda pensiunnya dirimu. Relakanlah dirimu menemaniku langkah-langkah kakiku J.

Entah hari ini aku senang, meski lelah tapi aku punya banyak hikmah baru. Dan hari ini aku belajar untuk menahan amarahku, mengalunkan kepasrahanku, menimang kelelahanku dan mengingat bahwa akan ada Allah yang selalu hadir dalam kalbu-kalbu umatnya yang beriman.

Tidak ada komentar: