Kulihat, sepatu lusuhku yang tadi
pagi tersenyum lebar kini mulai benar-benar tertawa hingga terlepas antara
penutup dan alas. Ah, konotasi kiasan itu hanya hiburan saja bagiku,
sesungguhnya sepatu ini sepertinya tak pernah tersenyum, justru mungkin ia
sudah merengek ingin segera pensiun dari pekerjaan menjaga kakiku dari pagi sampai
malam setiap harinya. Tapi apa daya, aku terpaksa mempekerjakanmu bagai pekerja
rodi yang tak pernah berhenti. Bukannya aku tak mau mempesiunkanmu wahai
sepatuku, tapi sungguh kau teramat aku sayang walau sebenarnya alasan utamaku
adalah karena aku belum bisa membeli penggantimu. J
Andai kau tahu sepatu, bukan
hanya kau yang lelah dengan segala kegiatanku. Kakiku pun sering dibuat lelah
karena mengunakanmu yang sudah usang dengan sisa alas yang begitu tipis. Tapi
karenamu aku tahu kau lebih menderita dan karenamu meski kaki ini lelah bahkan
lecet tapi ia selalu terlindungi.
Hari ini, kau buatku sadar lagi
akan satu hal bahwa aku harus memperhatikan dirimu. Yah, aku tahu kalau kau
sudah sangat sakit dan butuh perbaikan, tapi aku hanya membiarkan dan menambal
semampuku. Hari ini kau memang membuatku malu didepan layak ramai. Bisa saja
saat ini aku marah dan memaki pada nasib, tapi kondisi tubuhku tidak kuat untuk
berpikir marah, lebih baik diam dan terus berjalan meski diselimuti rasa malu.
Aku bersyukur rasa lelah ini datang menjadi pereda amarahku. Aku terus
melangkah –atau lebih tepatnya menggusur
kaki- sampai ku tersadar bahwa ada dokter yang akan memperbaikimu datang dengan
pertolongan --tukang sol sepatu disebrang jalan maksudnya :D--.
Dalam lamunanku, aku bersyukur
Allah memberikan nikmat sakit sehingga banyak hal yang aku malas lakukan karena
lemahnya tubuhku. Malas untuk marah, untuk berdebat, dan mengeluh karena aku
tahu itu akan membuat tubuhku semakin lelah. Biarlah aku jalani scenario Allah
yang ternyata indah dijalani.
Dan tarrraaaa…… sepuluh menit aku
melihat proses pembedahan dan penjaitanmu, aku bisa rasakan pengorbananmu yang
selalu setia menemaniku. Kini sepatuku, kau sudah lebih baik. Entah ini kabar
baik untukmu atau tidak. Aku dengan terpaksa akan menunda pensiunnya dirimu.
Relakanlah dirimu menemaniku langkah-langkah kakiku J.
Entah hari ini aku senang, meski
lelah tapi aku punya banyak hikmah baru. Dan hari ini aku belajar untuk menahan
amarahku, mengalunkan kepasrahanku, menimang kelelahanku dan mengingat bahwa
akan ada Allah yang selalu hadir dalam kalbu-kalbu umatnya yang beriman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar