Senandung doaku tak akan terhenti
menunggu datangnya petunjuk yang akan menuntunku. Jika menunggu adalah perintah
dari Sang Pencipta, aku rela terus menunggu. Kesendirian ini akan kurasakan
dengan nikmat. Jika kalbu ini masih tunduk kepada pemilik-Nya, ku pastikan jiwa
dan raga ini pun masih suci menyambutmu. Kan ku tunggu dirimu sambil aku
mempersiapkan jamuan untukmu. Akhlak solihah cukupkah sebagai pemulaan jamuan
itu?
Wahai engkau yang sedang dalam perjalanan
ke arahku, mungkin jalanmu panjang dan menyakitkan, mungkin juga kompas menyesatkanmu
kearah pesona bunga menawan lainnya. Tapi aku akan menunggu dengan prasangka
baik bahwa hatimu akan terjaga untukku.
Untukmu yang tertulis dalam kitab Lauhul
mahfudz sebagai imamku, ku tunggu fitrahku sambil merangkai takwaku. Kutunggu
sambil aku memperbaiki dan menata hatiku sampai tiba waktunya Sang Maha
Penyayang mempertemukan kita. Kan ku sambut hari itu, ketika terbuka pintu fitrahku sebagai
pendamping dunia akhiratmu.
Untukmu calon imamku, yang kelak akan
mengantarkan aku menuju keridhoan Allah. Aku wanita yang begitu banyak dosa
karenanya aku membutuhkanmu untuk menuntunku menuju surga Allah. Engkau yang
akan selalu mendesahkan kalimat tauhid dalam setiap ucapanmu. Bidadari dunia
lain sungguh sangat cantik, tapi bisakah engkau menutup mata dari mereka.
Karena cemburuku bisa seperti ibunda Aisyah yang menghanguskan pohon kurma.
Membayangkan menjalani sunnah rasul
bersamamu dan merangkai ukuwah sakinnah denganmu membuat haruku tersendu.
Menapaki perjalanan dan mencatat sejarah cinta yang berkah. Menggoreskan
kenangan yang akan dikenang itu sungguh indah.
Untukmu, entah kapan kita bertemu.
Entah dimana kita akan memangdang untuk pertama kalinya. Entah dalam kondisi
apa hati kita akan terpaut ikatan yang kuat. Entah di dunia kita akan berjumpa
atau mungkin di akhirat cinta kita akan terangkai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar