Ritmenya membuatku terhanyut. Entah kunci nada apa yang
dimainkan, hingga aku selalu dibuat perpesona. Irama yang sederhana, air yang
jatuh dari langit. Itu alasan aku menyukainya, hujan. ketika hujan, otakku bisa
berpikir lebih cepat. Mungkin semua organ tubuhku dibuat menari olehnya. Aku
berlebihan? Tapi ini benar J. Hujan, menyamarkan air mata saat sedih? Itu
cerita klasik dan bukan diriku. Hujan itu kebahagiaan bukan kesedihan :D. Hujan
adalah kehidupan. Kadang kita tak sadar, menyalahkannya dalam segala aktivitas
kita. Hmm.. padahal Sang Pencipta telah menurunkan banyak keberkahan
bersamanya.
Aku begitu menyukai hujan, begitu juga bintang. Yah, kamu,
Bintang. Yang siang dan malam selalu ada. Yang kala malam kamu begitu menawan.
Kerlap kerlip dalam hitamnya langit. Yang kala siang, kamu begitu berani. kamu
panas, semua ikut panas. Kamu sejuk semua ikut sejuk.
Kamu suka hujan, begitupun aku. Lalu hujan datang untuk
membuat senang siapa? Untuk kamu? untuk aku? Apa mungkin untuk kita. Tapi aku
tak percaya diri. Kurasa hujan lebih senang datang untukmu. Kamu bintang,
namamu sudah banyak dikenal. Aku? Aku hanya gadis yang bersembunyi dibalik
jendela. Melihat hujan tanpa bisa menyentuhnya. Dibalik jendela, aku hanya bisa
melihatmu bersama hujan. ada risau dalam diriku. Bukan karena aku cemburu hujan
bersamamu. Tapi aku khawatir kamu kedinginan. Aku khawatir kamu terbuai bersama
hujan hingga kamu lupa bahwa dia akan membasahimu dan membuatmu sakit. Tak
bisakah kau bersamaku saja. Memandang hujan dibalik jendela sambil berdoa
bersama. Bintang, disini, dibalik jendela aku hanya ingin berkata aku bukan
cemburu padamu tapi aku teramat mengkhawatirkanmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar