Kamis, 27 Agustus 2015

Antara Aku, Hujan dan Bintang

Ritmenya membuatku terhanyut. Entah kunci nada apa yang dimainkan, hingga aku selalu dibuat perpesona. Irama yang sederhana, air yang jatuh dari langit. Itu alasan aku menyukainya, hujan. ketika hujan, otakku bisa berpikir lebih cepat. Mungkin semua organ tubuhku dibuat menari olehnya. Aku berlebihan? Tapi ini benar J. Hujan, menyamarkan air mata saat sedih? Itu cerita klasik dan bukan diriku. Hujan itu kebahagiaan bukan kesedihan :D. Hujan adalah kehidupan. Kadang kita tak sadar, menyalahkannya dalam segala aktivitas kita. Hmm.. padahal Sang Pencipta telah menurunkan banyak keberkahan bersamanya.
Aku begitu menyukai hujan, begitu juga bintang. Yah, kamu, Bintang. Yang siang dan malam selalu ada. Yang kala malam kamu begitu menawan. Kerlap kerlip dalam hitamnya langit. Yang kala siang, kamu begitu berani. kamu panas, semua ikut panas. Kamu sejuk semua ikut sejuk.

Kamu suka hujan, begitupun aku. Lalu hujan datang untuk membuat senang siapa? Untuk kamu? untuk aku? Apa mungkin untuk kita. Tapi aku tak percaya diri. Kurasa hujan lebih senang datang untukmu. Kamu bintang, namamu sudah banyak dikenal. Aku? Aku hanya gadis yang bersembunyi dibalik jendela. Melihat hujan tanpa bisa menyentuhnya. Dibalik jendela, aku hanya bisa melihatmu bersama hujan. ada risau dalam diriku. Bukan karena aku cemburu hujan bersamamu. Tapi aku khawatir kamu kedinginan. Aku khawatir kamu terbuai bersama hujan hingga kamu lupa bahwa dia akan membasahimu dan membuatmu sakit. Tak bisakah kau bersamaku saja. Memandang hujan dibalik jendela sambil berdoa bersama. Bintang, disini, dibalik jendela aku hanya ingin berkata aku bukan cemburu padamu tapi aku teramat mengkhawatirkanmu.

Tidak ada komentar: