Untaian kalimat dengan tata bahasa syahdu mengikat pengembara dakwah awam dalam taklimat-taklimat kebaikan. mengira-ngira seperti apa dunia yang akan dijalaninya setelah sepucuk surat itu diterimanya. Sepucuk surat yang diakhiri dengan surat cinta Sang Pencipta, Allah SWT. Sepucuk surat yang menjadi titik awal perjalanan kehidupan yang sesungguhnya. Dan dititik inilah perjalanannya dimulai.
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ (البقرة: (216
"Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci.Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui." (Al-Baqarah: 216)
Pengembara yang hijrah dari kalbu egois menuju kalbu dititik terdalam manusia yaitu keimanan. Pengembara yang dulunya hanya akan bergerak untuk dunia yang membayarnya secara nyata -selayaknya materi, pujian, dan hal dunia lain yang menguntungkan-. Tapi semenjak adanya surat itu, pengembara ini tak lagi menginginkan imbalan-imbalan yang hanya memberikannya keuntungan sementara. Kini ia lebih tak tahu diri karena menginginkan kenikmatan yang abadi dan menginginkan kehidupan damai yang abadi. sejak dulu ia selalu mengumpulkan mozaik-mozaik dari kompas yang akan mengantarkan dan menunjukan jalan menuju kenikmatan yang ia hasratkan. Hanya saja perjalanannya sudah terlalu panjang tanpa adanya pertambambahan yang signifikan pada mozaik yang ia dapatkan.
Sampai akhirnya, surat itu datang bersama peta emas yang didalamnya tergambar berbagai jalan pilihan menuju tempat yang diinginkannya. Bersamaan dengan surat dan peta emas itu pun, ia mendapatkan sebuah tiket perahu untuk bergabung dan berlayar bersama menuju tempat itu. Dua keadaan yang harus dipilihnya saat itu. tak ada lagi penundaan. Tetap menjadi pengembara seperti sebelumnya, menyusuri jalan darat yang lurus dan tanpa hambatan tapi begitu panjang dan sendirian. Pilihan lainnya ikut berlayar bersama pengembara lain, mengarungi lautan yang kadang tenang dan kadang mengamuk tak karuan.
Tak bisa keduanya dipilih karena jalan darat dan laut akan berbeda meski memiliki tujuan yang sama. Tak bisa terlalu lama berpikir karena kapal harus segera berlayar dan tak bisa kita mengganti pilihan ditengah perjalanan karena kapal tak akan kembali untuk mengantarkan kita pulang, dan tak akan juga kembali untuk mengajak yang tertinggal karena berubah pikiran. Di titik ini, satu tindakan pilihan, akan menentukan perjalanan.
Dan, pengembara ini mulai berjalan, perlahan demi perlahan. langkah pertama yang menentukan pilihan. Langkah kedua yang menguatkan nyali. Langkah ketiga yang menandakan diri bahwa tak akan menengok lagi pilihan lainnya. Langkah keempat yang mulai terlihat gambaran dari pilihannya. Langkah kelima yang membuang mengencangkan perbekalannya. Langkah keeman akhir langkah pilihannya. Dan langkah ketujuh, awal perjalanan barunya. Pilihan yang disambut dengan uluran tangan dan pelukan banyak pengembara lainnya. Inilah batas dunia langkah keenam dan ketujuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar